Akhir pekan (sabtu) kemarin saya pulang kampung ke Kediri,
seperti biasa saya tempuh perjalanan dengan motor. Yang tidak biasa adalah,
yang biasanya saya berangkat pagi-pagi atau siang saya harus berangkat
menjelang maghrib. Saat maghrib sudah lewat saya masih berada di hutan antara
ngantang dan kediri. Subhanallah .... saya perempuan sendirian naik motor di
tengah hutan (alay), tapi luar biasa ketika memang kita benar-benar berada di
tengah kegelapan yang mencekik. Jalan itu panjang dan berliku, gelap, bahkan
ane waktu itu tidak bisa melihat apa-apa selain jangkauan lampu dari motor saya
dan alur putih yeng berada di tengah-tengah jalan.
Allah, di saat seperti itu pastilah pikiran macam-macam
mulai muncul. Di tengah kecepatan tinggi karena memnag sudah benar-benar harus
segera melewati jalur mencekam tadi, ane sempat berfikir apakah di kubur nanti
segelap ini? Saya juga berpikir waktu itu, di tengah-tengah kondisi yang luar
biasa membuat saya lumayan gentar saya berkata, di situasi seperti ini
siapalagi kalau bukan Allah yang menjadi tempat bergantung. Saya tidak
membayangkan kalau waktu itu saya terjatuh, atau ada perampok misal, atau ada
hantu (hallah) atau ada apapun yang membuat perjalanan itu berhenti. Allah, dan
benar-benar itu jalan yang haaaaaahhhh, luar biasa. Sendiri, gelap menikung,
tak terlihat apa-apa, dan benar, siapa yang selalu berada di sisi kita kalau
bukan Allah. Selalu Allah yang menjadi teman, allah ada di kiri kanan jalan
yang mengintimidasi saya, Allah ada di depan belakang jalan yang menciutkan
nyali saya, Allah ada di atas dan di bawah tempat saya menggantungkan semua
harapan bahwa allah lah yang akan mengizinkan saya selamat hingga tujuan. Hanya
Allah, hanya Allah, dan hanya Allah.
Sempet juga di saat seperti itu saya berpikir, bagaimana ketika
saya dijalur ini saya tidak diijinkan bertemu bunda saya lagi, bagaimana?
Allah, betapa pikiran itu langsung membungkam nyali saya sebagai seorang
aktivis kampus, bagaimana kalau saya tidak diijinkan mencium punggung tangan
ibu saya lagi, bagaimana ya llah? Bagaimana? Allah ... betapa saat ketika di
tengah-tengah jalur panjang, berbelok-belok, gelap dan kanan kiri jurang, apa
lagi yang hamba harapkan selain engkau selalau memberi perlindunganMu yang
Allah, apa lagi? Allah ...
Mungkin secara kasat mata, itu hanya perjalanan fisik antara
malang dan Kediri, tapi saya (dan anda juga bisa mencoba) itu mungkin salah satu
perjalanan batin, betapa rasa takut itu bergulung-gulung memenuhi ruang batin,
takuut, takuuut dan hanya meringkuk. Namun di saat yang bersamaan, rasa harap
itu juga tumbuh, rasa bergantung hanya pada Mu ya Rabb, rasa berharap,
berharap, dan berharap.
Pasca perjalan saya berpikir dan menganalogkan bahwa jalan
panjang nan gelap itu adalah masa hidup kita di dunia. Betapa jalan itu gelap
dan mencekat. Kalau kita tidak benar-benar yakin Allah yang ada di dekat kita, ya
mungkin saja jalan itu akan terlalui, tapi saya tidak menjamin akan sampai di
tujuan dengan selamat atau tidak.
Allah, sering diri ini terlena dengan kenikmatan-Mu, sering
dir ini lebih suka tetawa-tawa dari pada mengingat Engkau, sering diri ini
berharap kepada makhluk-Mu dan bukan pada Sang Pencipta Makhluk. Betapa lebih
sering diri ini lupa untuk bersyukur dari pada mengingat, merenung, muhasabah,
atau menyebut dan mengngiat nama-Mu di setiap waktu panjang. Hati ini sering
lalai Allah, hamba yang hina biarkan untuk tetap berharap bahwa suatu kelak
nanti, Engkau mengijinkan hamba untuk bersua dengan-Mu Ya Rabb.
Allah, jangan biarkan diri ini hidup dalam kesia-siaan. Ijinkan hamba membahagiakan orang tua hamba dan keluarga, terutama Bunda sebelum Engkau memanggil hamba untuk mempertanggungjawabkan semua dosa yang dengan sengaja maupun tidak sengaja hamba lakukan.
Rabbana Atina fiddunnya hasanah wabil akhirati hasanah wakina adzabannar, walhamdulillahirabbilaalamin.
Allah, jangan biarkan diri ini hidup dalam kesia-siaan. Ijinkan hamba membahagiakan orang tua hamba dan keluarga, terutama Bunda sebelum Engkau memanggil hamba untuk mempertanggungjawabkan semua dosa yang dengan sengaja maupun tidak sengaja hamba lakukan.
Rabbana Atina fiddunnya hasanah wabil akhirati hasanah wakina adzabannar, walhamdulillahirabbilaalamin.